Oleh Intan Bintang Pratiwi, Divisi Konten Kamisinema

Poster Film – Sumber foto: Nadao Bangkok via IMDb
Mengangkat cerita bergenre coming-of-age, serial dengan 5 episode ini bercerita tentang sepasang teman kecil yang melalui berbagai konflik sehingga perlahan merubah pola pertemanan diantara keduanya. Dengan konflik yang terbilang cukup sederhana, serial ini tetap mampu menarik perhatian penonton karena diekseskusi dengan baik. Visual yang memanjakan mata, penulisan dialog yang apik serta acting pemain yang banyak mengandalkan bahasa tubuh, berhasil membentuk satu kesatuan series yang terasa lengkap.

Penggunaan warna merah dan biru pada kedua karakter – Sumber foto: Nadao Bangkok via Line TV
Selain hal-hal tersebut, ternyata series ini juga banyak menampilkan simbolisme yang membantu penyampaian cerita dan juga menjadi representasi suatu karakter. Seperti penggunaan warna merah yang merupakan representasi dari kebudayaan China dan banyak terlihat pada dekorasi di rumah keluarga tokoh Teh. Sedangkan Teh sendiri justru terlihat sering kali menggunakan pakaian bernuansa biru yang menggambarkan bahwa Teh adalah pribadi yang berbeda dari keluarganya karena perbedaan orientasi seksualnya. Warna biru yang sering ia gunakan juga merupakan bentuk pemaknaan dari kepasifan dan perasaan kesepian yang intens. Hal tersebut sejalan dengan karakter Teh disepanjang cerita. Sedangkan warna merah yang sering terlihat digunakan oleh karakter Oh-Aew merupakan representasi dari ledakan emosi, mempertegas karakternya yang blak-blakan tentang apa yang ia rasakan.

Warna kebiruan menunjukan perasaan nyaman dan tenang – Sumber foto: Nadao Bangkok via Line TV
Kedua warna tersebut hadir secara konsisten hampir dalam setiap scene. Hal itu dapat dilihat juga pada property dan juga setting yang digunakan. Selain itu, warna biru dan merah juga menjadi dasar dalam mengatur visual tone dalam setiap scene. Perubahan nuansa visual warm menjadi cold atau sebaliknya merupakan proyeksi perasaan yang tengah dialami oleh kedua karakter.
Selain warna, series ini juga mencatut berbagai macam benda yang sarat akan makna. Salah satunya adalah kehadiran bunga hibiscus. Selain digunakan karena ingin mempresentasikan suasana Phuket dan pantainya, Sutradara series ini juga menyebutkan bahwa bunga tersebut mempresentasikan ‘gender identity’ karena ia merupakan ‘bunga sempurna’ yang memiliki dua organ reproduksi sekaligus. Bunga hibiscus yang dipilihpun sengaja berwarna merah, sesuai dengan warna karakter Oh-Aew.

Warna hangat menonjolkan sisi dramatis dan romasa – Sumber foto: Nadao Bangkok via Line TV
Pemilihan color palette dalam sebuah film merupakan suatu hal yang cukup krusial. Karena acting saja tidak cukup untuk untuk menghidupkan suatu karakter. Dalam teknik filmmaking, warna sering digunakan untuk menjelaskan konsep-konsep pada suatu karakter. Selain itu, warna juga membantu penonton untuk lebih mudah memahami kompleksitas dalam sebuah cerita. Contohnya dalam serial I Told Sunset About You, warna scene yang cenderung hangat dibuat untuk menonjolkan perasaan emosional yang kompleks dan juga dramatis. Sedangkan warna dingin memperlihatkan nuansa ketenangan dan relaksasi.

Bunga hibiscus merah sebagai representasi gender identity – Sumber foto: Nadao Bangkok via Line TV
Lalu apakah simbolisme pada film penting?
Hal itu kembali pada idealisme seorang sutradara. Ada sutradara yang mungkin tidak peduli pada simbolisme dalam film yang mereka buat, namun ada juga sutradara yang menaruh banyak effort untuk menginterpretasi setiap detail yang ada dalam ceritanya. Apapun maksud dari simbolisme itu sendiri ujung-ujungnya didesain untuk membuat film menjadi semakin bermakna meskipun penonton kasual mungkin tidak terlalu peduli, tetapi kreasi simbolisme memberi sebuah kepuasan tersendiri kepada sineas karena membuat film menjadi lebih bermakna. Selain itu, penonton/kritikus yg lebih peka dengan bahasa sinema juga bisa menilai bahwa film menjadi lebih berbobot karena nilai artistiknya bertambah.