Oleh Fellina Surgawi

Film bergenre keluarga ini menceritakan tentang masa tuanya seorang ibu bernama Siti (Christine Hakim), merasa kesepian, karena anak-anaknya sudah sibuk dengan urusan mereka masing-masing. Ditambah lagi, tubuh Siti melemah, karena mengidap penyakit kanker. Di tengah kerinduan terhadap anak-anaknya, Siti merawat gelandangan bernama Murni (Ayu Shita) yang mengidap ODGJ dan sedang hamil tua. Kehadirannya mengubah hari-hari Siti lebih berwarna. Film Just Mom menunjukkan bahwa karya yang lahir dari hati akan tersampaikan ke hati.

Ibu dan Murni – Sumber foto : detikHot

 Just Mom secara konsisten menunjukkan kekhawatiran anak-anak pada ibunya. Jarang mengunjungi bukan berarti mereka tak memerhatikan masa tua sang ibu. Berbagai cara mereka lakukan untuk membahagiakan ibunya. Namun, anak-anak yang sudah dewasa ini tampak melupakan satu hal, bahwa keinginan ibu sebenarnya sederhana, hanya ingin bertemu dan melepas rindu yang selama ini menumpuk. Dari awal hingga pertengahan film penonton akan mengira turning point dan plot twist seperti apa yang disajikan, tetapi setelah menyaksikannya tidak ada turning point dan plot twist yang terlalu menonjol, mungkin juga karena film keluarga yang terkesan ringan. Hingga akhir film tidak ada situasi yang menunjukan hal yang tidak terduga namun tetap bisa menggiring emosi penonton sehingga film ini dinobatkan sebagai film yang menguras air mata, bagaimana itu bisa terjadi? Mari bedah satu persatu, dari jalan cerita yang disampaikan terlihat bahwa ini semua berdasarkan research sosial yang ada di dalam masyarakat, contoh kecil saat hari raya lebaran umumnya orang Indonesia akan pulang ke kampung halaman untuk bertemu orang tuanya dari sini kita bisa membuktikan bagaimana tanggapan orang tua kita saat menyambut kita pulang, sangat antusias. Dikarenakan kekosongan hari-hari tanpa seorang anak yang dicintai yang mereka jalani, itu kenapa cerita seperti ini sangat menyentuh karena ini sering terjadi dalam sebuah keluarga. 

Just mom – sumber foto : IDN times

     Yang kedua kelihaian dan kedalaman karakter yang diperankan, sebaik apapun cerita jika diperankan dengan tidak baik maka emosi dan motivasi apapun itu tidak akan bisa tersampaikan pada penonton, karenanya keahlian talent sangat berpengaruh besar untuk penyampaian emosi pada penonton. Tidak diragukan lagi kehebatan akting Christine Hakim yang berperan sebagai Siti dan Ayu Shita yang berperan sebagai Murni dan merupakan tokoh yang paling disorot pada film ini, itu mengapa film Just Mom bisa mengaduk emosi penonton dengan baik.

Just mom – Sumber foto : imdb

    Yang ketiga kemampuan filmmaker untuk membaca situasi seperti apa yang bisa disampaikan kepada penonton agar tetap ingin bertahan untuk menyaksikan cerita, film keluarga beresiko membosankan jika filmmaker tidak bisa membaca dan meriset habit keluarga, dan durasi film bergenre keluarga jikalau panjang akan menambah resiko membosankan dan pada film “Just Mom”, karya Jeihan Angga bisa mematahkan itu semua, habit-habit yang ditampilkan pada film sesuai terjadi pada umumnya seperti percakapan pada chat grup keluarga, kondisi dan kesibukan seorang anak kalau sudah memiliki keluarga, kemungkinan mengadopsi anak akan seperti apa dan dibumbui dengan cerita yang mengangkat seorang ODGJ menjadi anak angkat. Kembali lagi dengan terkait dengan waktu penayangan, film bergenre seperti ini akan lebih baik disajikan dengan durasi singkat untuk memperkecil resiko kebosanan, dan Jeihan Angga menurut saya sudah melakukan hal yang tepat, tetapi kembali lagi terhadap penilaian penonton karena penilaian setiap orang tidak selalu sama.