Oleh : Shelta Omine

Euphoria Season 2, topik yang selama kurang lebih dua bulan ini melalangbuana di berbagai sosial media akhirnya menjemput ujung. Senin 27 februari 2020 kemarin, Euphoria Season 2 resmi berakhir. Membuat penonton tak rela melepas kisah remaja pelik nan relevan ini dan bersiap menunggu hingga tahun 2024 untuk season selanjutnya. Season 2 ini mengandung dinamika hubungan yang saling beririsan antar satu karakter dan karakter lainnya dan terungkapnya banyak problematika yang terjadi karena adanya sebuah domino effect. Mari tarik benang koneksi kisah mereka dan ulas secara perlahan.
Jules si tertutup tapi kelebihan kepercayaan diri? Cassie yang selalu butuh validasi? Serta Nate si jagonya manipulasi? Kepribadian karakter-karakter ini terbentuk karena adanya disfungsi keluarga. Isu ini sangat relevan terhadap Generasi Z. Seiring perkembangan jaman dan karena adanya berbagai trial and error berdasarkan pengalaman antar generasi, masyarakat mulai melek akan pola didik serta peranan orang tua yang sangat besar pengaruhnya terhadap perkembangan anak. Isu ini sudah menjamur dalam bentuk jurnal, berita, artikel, video edukasi, dan masih banyak lagi. Euphoria hadir sebagai salah satunya. Film memang kerap kali manjur sebagai media edukasi atau bahkan sindiran terhadap realita yang terjadi di masyarakat. Di season 2 ini jelas sekali bahwa garis besar dari permasalahan yang terjadi adalah karena para remaja dengan berbagai latar belakang ini memiliki kekosongan peran orang tua pada hidup mereka.

Jules Vaughn and Her Trauma
Pada Season 2 ini terungkap bahwa Ibu Jules merupakan pecandu narkoba—alasan yang logis bagi Jules untuk membenci ketergantungan sahabat (dan pacar) nya terhadap obat-obatan terlarang—Ibu Jules juga menorehkan trauma bagi dirinya karena sempat membawa Jules ke Rumah Sakit Jiwa khusus anak-anak. Hal tersebut menggambarkan hubungan Jules dan Ibu nya yang tidak harmonis. Jules tumbuh tanpa peran Ibu di hidupnya dan mencoba untuk berdiri sendiri, namun juga menjadi sangat tertutup dan mengalami banyak gejolak dalam diri nya. Ketidakpastian yang Ia rasakan terhadap diri nya membuat Ia terkesan ‘main-main’ terhadap orang-orang yang mencoba masuk ke dalam hidup nya. Karena Ia sendiri tidak yakin atas apa yang Ia rasakan. Apakah ini nyata? Apakah perasaannya valid? Apakah Ia pantas untuk merasa seperti yang Ia rasakan sekarang? Selalu ada ruang untuk Jules berkonflik dengan dirinya sendiri.

Cassie Howard and Her Daddy Issues
Ada perasaan tidak mengenakkan ketika Ayah dan Ibu yang biasa berbagi kasih jadi lebih sering adu mulut. Atmosfer hangat tergantikan dengan absennya Ayah pada hidup dan Ibu yang semakin kecanduan akan minuman beralkohol. Cassie selalu dekat dengan sang Ayah dan meski sulit untuk dimengerti pada awalnya, Cassie harus paham bahwa ada yang namanya ketidakcocokan. Dan ketidakcocokan hadir diantara kedua orang tua nya dan mau tidak mau perpisahan adalah jalan satu-satunya. Cassie tumbuh dengan perasaan tidak pernah cukup, meskipun berbagai orang di sekeliling nya selalu berkata bahwa Ia sempurna. Bagi Cassie, selalu ada celah akan dirinya sendiri. Ia pun menjadi haus validasi.
Kurangnya kasih sayang Ayah dalam hidup Cassie, membuat Ia selalu mendamba kasih sayang, pujian, serta validasi dari lelaki. Hal ini yang buat Cassie rela melakukan apapun untuk mendapatkannya. Ia jadi mudah termanipulasi dan hal tersebut merupakan sebuah benefit bagi orang-orang yang memiliki intensi buruk bagi diri nya. Cassie memiliki fisik yang kelewat indah, di atas standar kecantikan wanita pada umumnya. Badan, rambut, busana dan riasan yang memukau buat Cassie jadi daya tarik untuk kaum Adam. Hal tersebut menjadi keunggulan bagi Cassie tapi tanpa Ia sadari kebanyakan lelaki memandang remeh diri nya. Karena diri nya yang ‘easy to get’ membuat value nya menjadi rendah di mata lelaki. Daniel Dimarco pernah mengungkapkan kekesalannya terhadap kelabilan Cassie,
“You are so fucking boring. Any guys who says he’s interested in you beyond just fucking you. Is full of shit.”
Kenyataannya, memang di mata banyak lelaki Cassie menjadi membosankan karena terlalu mudah di dapat. Hal itu terjadi karena Cassie selalu haus kasih sayang dan rela memberi apapun terhadap sosok lelaki, termasuk seluruh diri dan hati nya.

Nate Jacobs and His Secrets
Nate Jacobs bisa jadi akar permasalahan dari dinamika cinta segitiga antara Ia, Maddy, dan Cassie. Nate tumbuh menjadi sosok yang super toxically masculine. Selalu ingin mendominasi dan kontrol atas segalanya, penuh emosi, dan secara tidak sadar sering memanipulasi orang disekitarnya. Hal ini juga yang menjadikan hubungan antara Ia dan Maddy menjadi sangat toxic karena keterikatan antara dua individu yang saling ingin pegang kontrol. Di season 2, Nate juga buat Cassie bertekuk lutut padanya saat Ia masih memiliki hubungan yang belum selesai dengan Maddy. Permasalahan ini begitu berantakan secara sangat sempurna, lantas apa akar dari ke-chaotic-an kepribadian Nate ini?
Nate kecil merupakan anak manis yang peduli akan orang tuanya. Tetapi karena sebuah tragedi—Sebuah penemuan yang merubah hidupnya, penemuan tentang puluhan sextape Cal (Ayah Nate) dengan lelaki dan transgender—buat Nate tumbuh menjadi pribadi yang selalu memendam emosi dan juga rahasia. Bertahun-tahun gejolak yang Ia rasakan harus terpendam dalam diri karena rahasia tersebut melibatkan sosok Cal yang di luar terlihat sempurna padahal aslinya menyimpan kebusukan. Hal tersebut membuat Nate menjadi homofobia dan benci segala sesuatu yang berhubungan dengan lelaki. Ia bahkan merasa Maddy orang yang tepat baginya karena Ia adalah lelaki pertama yang berhasil menidurinya (meskipun fakta nya tidak begitu), karena belum pernah ada lelaki yang menjamah Maddy. Maddy milik nya, Maddy untuk nya.
Selain itu Cal juga memiliki kontrol yang besar pada keluarga nya yang membuat Nate ingin memiliki kontrol yang jauh lebih besar pada bubble yang Ia buat.
In Conclusion,
Jules, Cassie, dan Nate hanya tiga dari banyak nya karakter Euphoria yang sangat kompleks. Tetapi dari ketiga karakter tersebut, bisa disimpulkan bahwa peranan orang tua sangat penting bagi kepribadian remaja. Ada karakter Lexi dan juga Fezco yang sama-sama memiliki disfungsi pada keluarga mereka tetapi memiliki kepribadian yang tidak berantakan. Meskipun begitu, semua karakter Euphoria tidak ada yang sempurna dan memiliki banyak lapisan latar belakang yang menarik untuk diulas lebih jauh.
Dengan visual yang memukau Euphoria menjadi bukti bahwa lagi-lagi film bisa jadi media teguran terhadap fenomena dan isu sosial yang mudah dicerna oleh masyarakat.