Oleh Putu Bayuwestra, Divisi Konten Kamisinema

Manusia bisa membuat perintah untuk yang hidup, sementara yang mati akan tetap mati atau menjadi hidup namun tak terduga. Tahun 2020 menjadi pukulan telak bagi setiap sendi kehidupan, tak luput juga dunia media audio visual. Pergerakan industri film dan produksi program acara televisi menjadi agak tersendat karena pandemi. Namun, bukan berarti ide/gagasan semakin sulit. Dalam situasi yang penuh keterbatasan, ide para mahasiswa akhir Prodi Film dan Televisi semakin menggila dalam tiap jenis produksinya. Kepada para sineas dan segenap kru yang bekerja, terima kasih karena sudah berkarya dan tetap berproses walau download dalam situasi yang sulit. Semoga kakak-kakak sekalian sukses dalam fase baru kehidupan dan tetap mampu menghasilkan karya yang membanggakan diri sendiri, almamater, dan Negara Indonesia. Berikut ini adalah review tugas akhir prodi film dan televisi 2020 / 2021, dari kami divisi konten Kamisinema.

MENJAHIT WAKTU

Ditulis oleh Fellina Surgawi

Sumber : galeripandeng.isi.ac.id

Film ini menceritakan tentang perjuangan seorang ayah dalam membesarkan putranya tanpa kehadiran seorang istri yang telah pergi untuk selamanya. Bagaimanapun sulitnya untuk mendapatkan uang ia tetap bertekad bahwa pendidikan adalah hal yang utama. Banting tulang siang dan malam untuk menjahit, meskipun keinginannya bertolak belakang dengan keinginan sang putra tetapi ia mencoba membuka hati bahwa hal yang kita inginkan belum tentu baik bagi orang lain yang menjalankan kehidupannya sendiri. Sampai saat ia merasa bahwa tugasnya telah selesai, ia lalu menyusuli sang istri yang berada jauh di alam sana. Sebuah sajian yang begitu berkesan dan penuh makna.

RA? DERA?

Ditulis oleh Suci Prasasti

Sumber : galeripandeng.isi.ac.id

Film “Ra? Dera?” bercerita tentang seorang perempuan yang mengalami masalah pendengaran karena sebuah kecelakaan, padahal ia sangat menyukai musik. Tanpa menggurui film ini mengajari kita untuk berani mengejar mimpi meskipun memiliki keterbatasan, lewat sosok Dera yang pada akhirnya berhasil meraih mimpinya dengan bantuan seorang pria tulus bernama Joshua meskipun dihantui bayang-bayang masa lalu yang menyedihkan.

DERANA DERA

Ditulis oleh Suci Prasasti

Sumber : galeripandeng.isi.ac.id

Film ini cukup membuat penonton merasakan Derana yang dalam. Tanpa banyak dialog Derana Dara bercerita banyak melalui visualnya yang mengagumkan. Sampai pada pertengahan film, perasaan kita dibuat campur aduk. Kita merasakan ketakutan lewat sudut pandang Ibu sekaligus penderitaan dan keputusasaan ketika Dara mengajak kita untuk melihat kembali masa lalunya yang berujung pada pembalasan dendam yang sangat memuaskan.

TALAWANG

Ditulis oleh Suci Prasasti

Sumber : galeripandeng.isi.ac.id

Lewat dokumenter karya Rimadha Tasya Febriliani wawasan kita mengenai perisai suku Dayak yang disebut Talawang semakin luas. Tidak hanya sampai di situ, film ini juga memberikan pelajaran kepada kita untuk mempelajari sejarah serta filosofi setiap benda-benda tradisional agar mencegah terjadinya pergesaran makna serta fungsi seperti Talawang yang dipaparkan dengan sangat apik dalam film ini.

PASCA NIKAH

Ditulis oleh Gabriella Jeanette Krisveno

Sumber : galeripandeng.isi.ac.id

Film pendek fiksi garapan Arafat Rizki ini terbilang cukup fresh dan anti mainstream.  Menceritakan sepasang suami istri (Bumi dan Asri) yang telah bertahun-tahun menikah, namun sang istri baru saja bisa diberi kesempatan untuk mengandung dan melahirkan anak pertamanya. Banyak drama serta konflik yang terjadi dalam prosesnya melahirkan sang buah hati. Konsep pengambilan sinematografi dibuat seakan-akan kita melihat melalui perantara media lain, seperti layar handphone, dokumentasi kamera, serta layar laptop. Konsep tersebut membuat penonton lebih memiliki kesan ‘terlibat’ dalam rangkaian cerita dari tokoh yang dikisahkan. Kisah perjalanan suami istri yang cukup dramatis, didukung dengan alur maju-mundur, mampu mengiris hati penonton. Ditambah dengan ending film yang berhasil menutup rangkaian cerita hanya melalui satu kejadian yang menjadi puncak kesedihan.

PET HOUSE

Ditulis oleh Gabriella Jeanette Krisveno

Sumber : galeripandeng.isi.ac.id

Program televisi yang menghibur serta mengedukasi utamanya bagi anak-anak sudah cukup jarang kita temui. Konsep dari program Pet House ini memberi sebuah sentuhan ide yang sangat cemerlang bagi pertelevisian Indonesia. Ide ini juga dieksekusi dengan sangat apik oleh Sabrina Azalia. Pembawa acara dari program ini merupakan seekor burung lucu berna Iboy yang divisualisasikan dalam animasi. Iboy memperkenalkan “teman-temannya” yang juga lucu pada pemirsa. Pada episode Cat Lovers ini, Iboy memperkenalkan dan memberi edukasi pada pemirsa tentang seekor kucing. Terdapat 4 segment dengan 6 rubrik dari program Pet House, yakni pet story, pet profile, pet show, pet Idol, Tanya sobat, dan Tips and Trick. Program ini sangat cocok untuk anak-anak, karena tujuan edukasinya sangat dapat tersampaikan, dan dibungkus dengan visualisasi yang menghibur serta tidak membosankan.

POP SCENE

Ditulis oleh Lisa Nurholiza

Sumber : galeripandeng.isi.ac.id

Film yang ditujukan guna memenuhi tugas akhir penciptaan seni dengan mayor Sinematografi (Ogie Aprilian Satie) dan Artistik (Rizal Umami) menghasilkan sebuah film dengan kolaborasi yang sangat ciamik. Film ini mengisahkan seorang laki-laki dewasa bernama Bara, yang memiliki trauma dengan masa lalunya yang kelam akan keluarganya, ia mencoba mengubah masa lalunya dengan melakukan sebuah tindakan halusinasi yang divisualisasikan dengan warna analogus dan teknik in-camera effect. Cerita dibuka dengan langsung memperlihatkan konflik keluarga Bara dimasa lalu, dimana ayahnya yang selalu marah-marah, dan ibunya yang selalu melampiaskan kemarahannya pada Bara serta selingkuh dengan Om Gun, adik ibunya. Ketegangan situasi dalam tiap adegan didukung dengan minimnya dialog dalam film, namun tersirat pula lelucon akan satir keluarga Bara yang diselipkan dalam properti, misalnya foto orang tua bara yang terbelah dan dipajang berjauhan, alat yang digunakan Bara untuk membunuh orang-orang di masa lalu dalam halusinasinya menggunakan benda-benda yang di-hiperbola-kan, dll. Beberapa adegan awal film sangat membuat penonton penasaran dan bertanya-tanya, pengulangan-pengulangan adegan, pembunuhan janggal, dll. akhirnya bisa terjawab di akhir film dimana penonton akan disuguhkan cerita yang sebenarnya, dimana cerita baru bermula dan bagaimana awal cerita dimulai saat waktu present, saat Bara sudah dewasa, lalu ia kembali melihat masa lalunya dan memulai kembali halusinasinya. Adegan favorit dalam film ini adalah saat ibunya sedang selingkuh dengan adik ibu, Om Gun. Terlihat Bara dipantulan kaca yang sedang melihat mereka, adegan ini dibungkus dalam satu frame yang memperlihatkan dua kejadian, sungguh apik. Juga adegan ibu yang sedang berganti pakaian di kamar sesaat setelah bapak, warna merah yang sangat mendominasi mulai dari cat kamar, bra yang tergantung, dan pakaian ibu, mendukung mood karakter ibu yang sedang terbakar asmara saat menunggu selingkuhannya sesaat setelah suaminya sudah pergi bekerja. Film berdurasi 27 menit ini sangat menarik untuk ditonton karena visualisasinya yang sangat unik dan keren!

THE DOCTORS AND JUSTICE

Ditulis oleh Lisa Nurholiza

Film dokumenter berdurasi 22 menit 50 detik ini mengisahkan tentang pekerjaan dokter visum yang identiknya menangani korban-korban yang membutuhkan keadilan dimata hukum. Dalam film ini, dipaparkan tugas-tugas dokter forensik yang divisualisasikan dengan rekaman wawancara narasumber dan adegan-adegan pembedahan asli, beberapa adegan yang sangat riskan divisualisasikan dengan animasi, sangat unik sekali. Dalam film juga kita akan tahu bahwa ternyata dokter forensik dewasa ini tidak hanya berkutat dengan pengungkapan cause of death saja, namun juga sudah membuka layanan konsultasi forensik, guna mengungkap kekerasan seksual misalnya, dan kejahatan lain yang mana korbannya masih selamat/hidup. Kita juga bisa diceritakan bagaimana kendala yang dihadapi oleh dokter forensik saat akan mengungkap cause of death, mulai dari halangan keluarga korban, menjaga kerahasiaan korban, permasalahan yang tidak terpecahkan, dll. Film ini sangat menarik karena mengungkapkan sebuah topik yang mungkin menjadi tanda Tanya besar bagi Sebagian orang mengenai pekerjaannya, juga untuk memcahkan stigma masyakarat awam yang masih menganggap bahwa otopsi itu melanggar norma dan budaya, padahal hal tersebut dilakukan tidak lain justru untuk mendapatkan keadilan korban dimata hukum.

MINISTORY

Ditulis oleh Fellina Surgawi

Sumber : galeripandeng.isi.ac.id

Film ini menceritakan tentang kekuatan seorang ibu menahan perih kehidupan rumah tangga demi kebahagiaan sang anak, ia tidak bisa memilih kebahagiaannya karena tidak bisa memilih sendiri pendamping hidup, ketika berujuang untuk memutuskan malah dipatahkan dan dihakimi. Melepaskan mimpi menjadi seoraang dokter adalah pilihan terburuknya, sampai saat dimana ia benar-benar kuat menerima semua makian. Terkadang melalui pilihan kita bisa menciptakan kebahagiaan. Itulah ibu Ros Mini.

FAMILIA

Ditulis oleh Intan Bintang Pratiwi

Sumber : galeripandeng.isi.ac.id

Film “Familia” merupakan sebuah film pendek yang memiliki alur cukup berani. Pada awalnya saya mengira, film ini akan memiliki konflik seperti film keluarga pada umunya. Namun ternyata, film ini memiliki alur yang sangat menarik dan tidak terduga. Film “Familia” dimulai dengan adegan suatu keluarga yang sedang sarapan bersama. Suasana yang dihadirkan dalam adegan tersebut terasa erat dengan nuansa kekeluargan, apalagi melihat bagaimana Lia dan Ibunya begitu peduli dengan Fahmi dan sang Ayah yang notabenenya adalah keluarga baru mereka. Cerita berlanjut dengan adegan Lia yang berusaha mengingatkan Fahmi dengan lembut tentang perilakunya yang kasar pada sang Ayah. Saat itu Fahmi bercerita tentang masa-masa traumatik saat dirinya melihat dan mendengar secara langsung ketika sang ayah memukuli ibu kandungnya dan akhirnya meninggalkan kenangan buruk dihatinya. Lia lantas memeluk Fahmi dan berusaha menenangkannya. Namun tiba-tiba sang ayah datang dan hendak memukul Lia. Setelah adegan tersebut penonton dibuat bertanya-tanya tentang apa yang sebenarnya terjadi. Adegan-adegan yang ditampilkan secara berulang dari beberapa sudut pandang dan  alur cerita yang maju mundur membuat film pendek ini terasa brilian. Penyajian yang tak biasa itu juga semakin membuat penonton penasaran tentang siapa sebenarnya tokoh antagonis dalam film tersebut. Film “Familia” ditutup dengan ending yang cukup mind blowing dan membuat penonton  tercengang dengan aluryang tidak terduga.

FORTUNA

Ditulis oleh Intan Bintang Pratiwi

Sumber : galeripandeng.isi.ac.id

Film dokumenter ini dibuka dengan foto-foto dan video nostalgia sebuah band rock asal Yogyakarta bernama DOM 65 yang membawakan lagu street punk.  Menariknya, film menghadirkan secara langsung dua pesonil DOM 65, yaitu Adnan D Kusumua yang merupakan bassis dan Imam Senoaji yang berposisi sebagai gitaris. Cerita tentang  band tersebut diceritakan dari dua susut pandang berbeda oleh keduanya yang membuat kita seolah dibawa pada masa awal terbentuknya band tersebut. Film dokumenter ini tak hanya berfokus pada band tersebut dalam segi musik dan seni namun juga menunjukan bagaimana band ini memiliki impact yang menarik dalam dunia sepakbola. Beberapa lagu rock yang mengangkat tema sepak bola, seperti “fortuna”  yang diciptakan oleh DOM65 memiliki andil dalam menyemarakan supporter sepakbola, khusunya PSIM dimasa itu. Meski begitu, lagu-lagu yang berkaitan dengan sepakbola tersebut juga tak lepas dari muasal konflik-konflik yang terjadi dimasa itu. Euforia yang dihadirkan terasa begitu kuat dengan sisipan video-video asli peristiwa persteruan antar supporter bola yang dikenal sebagai “stone war” karena menggunakan batu sebagai senjatanya. Kilas balik yang kembali diceritakan oleh kedua personil DOM65 itu juga membuat penggambaran situasi dimasa tersebut terasa begitu jelas. Film dokumenter ini berhasil menyajikan bagaiman dua bidang yang begitu menarik, yaitu musik dan sepakbola dapat berkolaborasi dalam satu aliran dan menciptakan euphoria yang luar biasa.

HUDOG MODANG

Ditulis oleh Intan Bintang Pratiwi

Sumber : galeripandeng.isi.ac.id

“Hudog Modang” adalah film dokumenter bertajuk budaya yang mengangkat kesenian Hudog Modang dari suku dayak modang di Kalimantan Timur. Tak hanya menujukan bentuk tradisi Hudog Modang yang berupa  tarian, film dokumentasi ini justru terfokus pada makna dibalik tokoh dan karakter dari Topeng Hudog Modang yang dikenakan oleh para penari. Menariknya, film ini menghadirkan narasumber seorang budayawan dan seniman Hudog Modang  yang menjelaskan secara terperinci tentang berbagai macam karakter topeng-topeng tersebut. Bentuk pahatan, fitur wajah, dan perpaduan warna setiap karakternya ternyata memiliki makna mendalam dan beragam. Tak hanya itu, sosok Pak Jiu juga menjelaskan sifat setiap karakter dan kisah-kisah dibaliknya. Hal inilah yang kemudian dituangkan dalam gerakan-gerakan dan monolog dalam ritual Hudog Modang. Tak hanya berisi cuplikan wawancara, film dokumentasi ini juga menujukan bentuk ritual Hudog Modang itu sendiri dengan disertai penjelasan-penjelasan tertulis yang menambah informasi terkait ritual tersebut.  Suasana ritual Hudog Modang tergambar begitu meriah dan sakral ditambah dengan tembang monolog dan iringan musik tradisional. Film dokumentasi ini berhasil menunjukan sebuah warisan budaya yang kaya akan makna dan begitu autentik.

RELUNG

 Ditulis oleh Indigo Gabriel Zulkarnain

Sumber : galeripandeng.isi.ac.id

 Relung layaknya film dengan banyak nyawa. Bentuk jatuh cinta yang di rakit dari pengalaman kedua karakter, meresapi segala perlakuan bentuk karakter. Lebih dari itu, Relung juga berbicara mengenai kehidupan, secara spesifik bagaimana manusia menanggapi keadaan yang tak dapat terkontrol. Kecewa, sedih, dan ikhlas menjadi bagian lingkaran hidup manusia. Sinematografi yang terstruktur nan indah memberikan sentuhan terakhir dalam kisah cinta 2 insan, kamera seakan menjadi karakter ketiga sebagai passive observer dalam film.

SELANGKAH KE SEBERANG

 Ditulis oleh Indigo Gabriel Zulkarnain

Sumber : galeripandeng.isi.ac.id

 Selangkah ke Seberang menyajikan kajian hal hal simpel secara sangat mendalam. Membawa minuman se generik jamu dapat menjadi topik pembicaraan yang tajam, spesifik, dan menyenangkan. Penulisan dalam acara ini layaknya guru yang disukai semua murid, mengedukasi dengan cara yang menggembirakan. Pada akhir kelas, murid sampai lupa bahwa waktu sudah berlalu lama dan jam pelajaran sudah usai. Dalam dunia serba google ini, Selangkah ke Seberang tetap berhasil mengedukasi audience dari informasi yang tidak mudah dicapai dengan sekali ketikan jari. Potensial.

Tulisan telah diunggah di Instagram pada 24 Januari 2021